Surabaya, Jawa Timur – Krisis bahan bakar minyak (BBM) yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Jember sejak beberapa hari terakhir mulai berdampak luas. Tak hanya mengganggu aktivitas transportasi dan logistik, kelangkaan ini kini juga memaksa sejumlah sekolah di daerah pelosok untuk mengalihkan pembelajaran tatap muka menjadi sistem daring (online).
Langkah ini diambil menyusul kesulitan siswa dan guru dalam mengakses sekolah akibat terbatasnya pasokan BBM, terutama jenis Pertalite dan Solar, yang digunakan mayoritas warga untuk kendaraan bermotor.
Transportasi Terhambat, Belajar Tatap Muka Terkendala
Salah satu wilayah terdampak adalah kecamatan di bagian timur Jember seperti Sumberjambe, Sukowono, dan Jelbuk, di mana sebagian besar siswa bergantung pada ojek atau kendaraan pribadi untuk ke sekolah. Dengan antrean panjang di SPBU dan keterbatasan stok BBM, banyak kendaraan warga tak dapat beroperasi.
“Anak saya biasanya diantar naik motor, tapi sudah dua hari ini kami tidak bisa beli bensin. Akhirnya sekolah dari rumah lewat HP,” ujar Sulastri, orang tua siswa SD di Sumberjambe.
Kondisi ini mendorong pihak sekolah mengambil kebijakan cepat untuk mengalihkan pembelajaran ke platform daring, guna memastikan proses belajar-mengajar tetap berjalan.
Dinas Pendidikan Siaga, Pantau Kondisi Lapangan
Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, Drs. Hadi Mulyono, membenarkan bahwa ada sejumlah sekolah yang sementara waktu menjalankan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).
“Kami sudah menerima laporan dari beberapa kepala sekolah. Ini kebijakan darurat, bukan karena Covid-19, tapi karena logistik siswa dan guru benar-benar terhambat akibat kelangkaan BBM,” jelas Hadi.
Ia menambahkan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan dan stakeholder terkait untuk mencarikan solusi transportasi sementara, terutama bagi sekolah-sekolah yang memiliki banyak siswa dari daerah terpencil.

Baca juga: Yayasan Hartari Revitalisasi Kawasan Sungai Jagir
Kekhawatiran Orang Tua dan Kesiapan Infrastruktur Daring
Meski kebijakan belajar daring dipandang sebagai solusi cepat, sejumlah orang tua mengeluhkan keterbatasan akses internet dan perangkat digital di rumah. Terutama bagi keluarga kurang mampu yang tidak memiliki smartphone atau kuota data cukup.
“Anak kami dua orang. HP cuma satu, sinyal juga sering hilang,” keluh Rahmat, warga Sukowono.
Pihak sekolah pun berusaha menyesuaikan metode pengajaran dengan kondisi murid. Beberapa guru mengirimkan materi melalui WhatsApp, Google Classroom, atau bahkan mencetak tugas dan mengirimkannya lewat perwakilan siswa.
Pemkab Diminta Segera Atasi Krisis BBM
Sementara itu, desakan agar pemerintah daerah bergerak cepat menangani kelangkaan BBM semakin menguat. Warga berharap adanya penambahan pasokan atau distribusi khusus untuk daerah-daerah pendidikan, agar anak-anak tidak terus-menerus terganggu aktivitas belajarnya.
“Kalau kondisi ini berlarut, anak-anak kita yang dirugikan. Kasihan mereka harus menanggung dampak dari krisis yang bukan salah mereka,” ujar Herlina, aktivis pendidikan di Jember.
Penutup
Situasi darurat akibat kelangkaan BBM di Jember menjadi pengingat pentingnya ketahanan sistem transportasi dan pendidikan, terutama di daerah yang masih rentan secara infrastruktur